Mengenal Lebih Jauh Model Pembelajaran TGT

 


Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mengkolaborasikan kerja tim, partisipasi aktif, dan motivasi siswa. Model ini melibatkan pembentukan tim yang terdiri dari beberapa anggota siswa yang memiliki tingkat keahlian atau pengetahuan yang berbeda. Setiap tim akan berpartisipasi dalam serangkaian permainan atau turnamen dalam rangka mempelajari materi pelajaran tertentu. Dengan menerapkan Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT), guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, inklusif, dan efektif bagi siswa.

Adapun langkah langkah dalam pelaksanaan Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT):

Pembentukan Tim: Siswa dibagi menjadi tim-tim kecil yang beranggotakan sekitar empat hingga enam orang. Idealnya, setiap tim terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam agar mereka dapat saling mendukung dan belajar satu sama lain.

Materi Pelajaran: Guru memilih materi pelajaran yang akan dipelajari dan dipahami oleh siswa. Materi pelajaran tersebut dapat berupa konsep, fakta, teori, atau keterampilan yang ingin diajarkan kepada siswa.

Permainan atau Turnamen: Setiap tim akan berpartisipasi dalam serangkaian permainan atau turnamen terkait materi pelajaran yang telah dipilih. Permainan ini biasanya berbentuk pertanyaan dan jawaban, permainan papan, permainan kartu, atau aktivitas lain yang menguji pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Kerja Tim: Setiap anggota tim berkontribusi dalam permainan atau turnamen dengan memberikan jawaban atau melakukan tindakan yang sesuai. Anggota tim saling bekerja sama dan berbagi pengetahuan serta strategi untuk mencapai hasil terbaik.

Skor atau Poin: Setiap tim akan mendapatkan skor atau poin berdasarkan hasil permainan atau turnamen. Poin ini biasanya diberikan berdasarkan jawaban yang benar, kinerja yang baik, atau pencapaian tertentu dalam permainan.

Pembelajaran Kolaboratif: Selama permainan atau turnamen, siswa belajar dari anggota tim mereka. Mereka saling membantu, menjelaskan konsep, dan berdiskusi untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik.

Diskusi Pasca-Permainan: Setelah setiap permainan atau turnamen, guru memfasilitasi diskusi reflektif di antara tim dan kelas secara keseluruhan. Diskusi ini melibatkan pertanyaan tentang konsep-konsep yang telah dipelajari, kesulitan yang ditemui, dan strategi yang efektif. Tujuannya adalah untuk merangsang pemikiran kritis dan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi pelajaran.

Reinforcement: Setelah serangkaian permainan atau turnamen selesai, guru dapat memberikan umpan balik dan reinforcement positif kepada tim dengan skor tertinggi atau pencapaian terbaik. Hal ini mendorong motivasi siswa dan mengapresiasi usaha mereka dalam belajar.

Keuntungan dari Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) termasuk:

1. Mendorong kerja tim dan kolaborasi antara siswa.

2. Meningkatkan motivasi siswa karena adanya kompetisi sehat.

3. Memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam melalui diskusi dan refleksi.

4. Menyediakan kesempatan bagi siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda untuk saling belajar dan mendukung.

5. Mengintegrasikan pembelajaran aktif dan interaktif ke dalam pengalaman pembelajaran.

Meskipun Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) memiliki beberapa keuntungan, ada juga beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan:

1. Kesulitan dalam Mengelola Waktu: Permainan dan turnamen dalam model TGT dapat memakan banyak waktu dalam proses pembelajaran. Pembentukan tim, menjelaskan aturan permainan, dan diskusi pasca-permainan membutuhkan waktu yang signifikan. Ini dapat mengganggu jadwal pembelajaran dan membatasi waktu yang tersedia untuk materi pembelajaran lainnya.

2.Tidak Selalu Meratakan Partisipasi: Dalam tim, ada kemungkinan bahwa beberapa siswa akan mendominasi dan lebih aktif daripada yang lain. Siswa yang kurang percaya diri atau yang memiliki kontribusi yang lebih rendah mungkin terpinggirkan atau merasa tidak termotivasi untuk berpartisipasi sepenuhnya.

3.Fokus pada Skor dan Kompetisi: Model TGT menekankan skor dan kompetisi antara tim. Hal ini dapat menciptakan tekanan dan kecemasan yang berlebihan pada beberapa siswa yang merasa tertekan untuk memenangkan permainan atau mendapatkan skor tinggi. Hal ini dapat mengabaikan pentingnya proses pembelajaran dan fokus pada hasil yang kompetitif.

4.Kurangnya Pemahaman yang Mendalam: Dalam upaya untuk mencapai skor yang tinggi, siswa mungkin cenderung menghafal jawaban-jawaban tanpa memahami konsep yang mendasarinya dengan mendalam. Model TGT lebih fokus pada kecepatan dan ketepatan jawaban daripada pemahaman konsep secara menyeluruh.

5.Membutuhkan Persiapan yang Matang: Guru harus merencanakan permainan atau turnamen dengan baik, memilih pertanyaan atau aktivitas yang tepat, dan memastikan bahwa semua siswa memahami aturan dan tujuan permainan. Persiapan yang kurang matang dapat mengurangi efektivitas model TGT dalam mencapai tujuan pembelajaran.

6.Tidak Mengatasi Semua Gaya Belajar: Model TGT cenderung lebih cocok untuk siswa yang lebih responsif terhadap pembelajaran melalui kompetisi dan interaksi sosial. Namun, siswa dengan gaya belajar yang lebih individual atau yang lebih suka belajar secara mandiri mungkin tidak merasakan manfaat yang sama dari model ini.

7.Terbatas pada Materi Pelajaran Tertentu: Model TGT lebih cocok untuk materi pelajaran yang dapat dipresentasikan dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, permainan papan, atau aktivitas yang dapat dikemas dalam format turnamen. Hal ini membuat model ini tidak selalu cocok untuk semua jenis materi pelajaran.

Penting bagi guru untuk mempertimbangkan kelemahan-kelemahan ini dan menyesuaikan penggunaan Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa serta materi pelajaran yang diajarkan. 

Top of Form

Bottom of Form

 

Posting Komentar

0 Komentar